|
Membangun Sulut Dengan Iman, Budaya dan IpTek
|
|
|
|
Industrialisasi Sulawesi Utara
Tanggapan terhadap ulasan Dr.Fabian J Manoppo "Memberdayakan Ekonomi Kreatif di Sulut Berbasis Analisa SWOT"
di http://www.ustream.tv/recorded/19950058
Banyak sudah yang kita dengar mengenai rencana-rencana industrialisasi
di Sulawesi Utara. Dalam kampanye untuk pilkada yang lalu, para
kontestan masing-masing menjanjikan akan membangun ekonomi/industri,
mengurangi ketergantungan 60% penduduk dari pertanian sehingga bidang
industri yang sekarang menyerap hanya 4% tenaga kerja penduduk, dapat
meningkat.
Kebanyakan rencana-rencana itu terbatas pada pembangunan
fisik. Satu aspek yang belum dikemukakan adalah aspek kecocokan
industri yang direncanakan dengan penduduk (asli) Sulawesi Utara. Karena
industrialisasi Sulawesi Utara, pertama-tama adalah untuk
mensejahterakan penduduknya. Namun penduduk Sulawesi Utara agak berbeda,
sehingga pencocokan (SWOT) industri itu perlu diperhatikan.
Penduduk Sulawesi Utara (lazim disebut orang Menado) agak unik karena
beberapa sifat yang menonjol. Diantara sifat-sifat yang positif adalah
bahwa mereka itu polos, terus terang dalam tutur kata, tidak sungkan
atau malu-malu, dan berani menghadapi tantangan atau bahaya. Dan kalau
mereka bekerja dengan sesungguh hati, ternyata mereka kuat, tekun dan
terampil melakukannya. Namun ada juga sifat-sifat yang negatif (dalam
konteks kebutuhan atau persyaratan dunia modern saat ini). Diantaranya
yang menonjol adalah: orang Menado suka pamer dan pamor (biar kalah
nasi asal jangan kalah aksi), lebih menghargai pekerjaan kantoran (white
collar jobs) dari pada bertani atau buruh kasar. Orang Menado gengsian,
tidak mau jadi waiter atau room boy. Orang Menado juga tukang cari
gampang, sulit menerima masukan, nasehat atau tambahan pengetahuan dari
orang lain. Banyak lagi sifat-sifat yang sudah tidak cocok lagi di era
sekarang, yang akhirnya membuat orang Menado dikenal sebagai orang-orang
sombong, malas, susah “diajarin”, kepala kore, dan sebagainya. Yang
sebenarnya tidak benar, tapi itulah kesan yang diperoleh.
Sehingga
industrialisasi yang diinginkan harus cocok dengan penduduk setempat,
berarti cocok dengan semua keadaan mereka seperti tingkat pendidikan dan
keterampilan, kebiasaan kerja, tradisi, bidang yang disukai (white
collar jobs), dan tentunya sifat-sifat mereka (baik yang inherent maupun
yang sudah berkembang karena keadaan). Hanya bidang dan jenis industri
yang cocok dengan penduduk lokal dapat menyerap dan mensejahterakan
mereka. Kalau tidak atau kurang cocok, akan terjadi seperti apa yang
sudah ada di Sulawesi Utara saat ini, terutama di kota Manado.
Pembangunan yang diacungkan sebagai prestasi dan menjadi kebanggaan
orang Menado, ternyata terdiri dari industri parawisata (hotel, restoran
dsb.), real estate, industry retailing (mal, petokoan, distribusi
consumer goods), yang karena cepatnya dibangun atau didirikan langsung
membuat kagum semua orang. Yang tidak dinilai adalah: apakah
industrialisasi ini cocok untuk penduduk Sulawesi Utara? Apakah industri
ini sudah menyerap tenaga kerja lokal dan mensejahterakan mereka?
Kenyataannya, mungkin karena sifat-sifat orang Menado yang kurang
menunjang, industri yang dibangun kurang bermanfaat bagi mereka. Karena
sifat-sifat itu, tenaga pekerja di mal-mal, restoran, hotel dan
sebagainya kebanyakan didatangkan dari luar daerah (etnis lain). Jadi
bidang pekerjaan yang diciptakan oleh industri demikian, akhirnya hanya
menguntungkan pendatang dari luar daerah. Penduduk asli masih tetap
tidak/kurang terserap oleh pembangunan industri itu.
Dari segi
pendapatan daerah, pembangunan fisik, prestasi pemerintah Daerah,
mungkin industrialisasi ini cukup berarti, tetapi bukankah yang
diinginkan adalah industri untuk kesejahteraan penduduk setempat? Yang
terjadi saat ini, penduduk asli malah hanya dijadikan konsumen, yang
berbelanja dan ikut menghidupkan industri yang lowongan kerjanya dan
keuntungannya dinikmati orang lain. Disamping itu, ada hal-hal yang
mengandung risiko bila suatu daerah terlalu dibanjiri oleh
pendatang-pendatang (etnis lain, kepercayaan lain, adat istiadat lain).
Ujung-ujungnya, orang Menado cuma bisa gigit jari. Memang ada
orang-orang pandai yang mengatakan: “Ya, salah sendiri, orang Menado
musti belajar, buang itu sifat-sifat jelek, jangan sombong, belajarlah
merendah, melayani tamu, membersihkan toilet, jangan cuma mau kerja pake
dasi dsb…dsb.” Dan banyak juga orang Menado yang mengucapkan hal
seperti itu, yang lebih menjatuhkan lagi semangat penduduk daerah yang
sedang berjuang menggapai kemajuan dan kesejahteraan.
Orang-orang
Sulawesi Utara (baik swasta maupun Pemerintah) yang ingin membangun
ekonomi di Sulut, perlu lebih memikirkan soal industrialisasi di daerah
ini. Adakah industri yang lebih cocok? Mengingat sifat-sifat orang
Menado yang kadang-kadang kontra produktif itu, dan yang masih
memerlukan waktu bagi mereka untuk mengatasinya, mungkin bidang-bidang
industri yang lebih cocok untuk digalakkan dan ditunjang adalah seperti
contoh berikut ini:
1. Industri Pendidikan. Selain meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan penduduk setempat, industri ini dapat
menyerap pelajar dan mahasiswa dari seluruh wilayah Indonesia Timur.
Disamping pendidikan tinggi, pendidikan menengah (keterapilan khusus)
seperti pendidikan kesehatan (perawat), maritim, ahli meyelam (diver),
mengelas dalam air, dll. dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja local.
2. Industri Software. Daerah Sulawesi Utara dapat menjadi
produsen perangkat lunak untuk wilayah Asia, malah keseluruh dunia.
Pekerjaan ini merupakan white collar job yang sangat cocok untuk orang
Menado. Dan industry ini hanya selangkah menuju industri telematika
lengkap, cocok sekali untuk orang-orang Menado.
3. Industri
perfilman, periklanan, termasuk production house dan banyak yang
terkait, juga sangat cocok. Saat ini belanja periklanan di Indonesia
sudah mencapai Rp. 28 triliun/tahun. Sebagian dari pendapatan tersebut
dapat diraih orang-orang di Sulawesi Utara.
4. Industri
penelitian. Sulawesi Utara bisa menjadi pusat penelitian berupa
laboratorium-leboratorium untuk percobaan di bidang kimia, kesehatan
(obat, vaksin), pertanian (benih, pembuahan), dan banyak bidang lain.
Industri ini menjadi pelengkap yang sangat penting bagi industry
pendidikan setempat.
5. Industri kesehatan. Industri ini dapat
merubah kesan umum bahwa mutu pelayanan kesehatan di Sulawesi Utara
sangat rendah. Melalui pembangunan rumah-rumah sakit taraf
internasional, pelayanan dapat dinikmati seluruh penduduk Indonesia
Timur.
6. Industri financial, dan lain-lain industri sejenis,
yaitu dimana tenaga kerjanya bisa seluruhnya penduduk lokal, cukup
bergengsi sehingga diminati orang-orang Menado, dan yang terpenting,
mempunyai prospek ekonomis yang sangat baik.
7. Dan banyak lagi yang cocok bagi orang Menado.
Walaupun orang Menado sering dicemoohkan (MENang Aksi DOang), jangan
sekali-kali meremehkan orang Menado. Bila kita mengatur industrialisasi
yang lebih cocok di Sulawesi Utara, orang Menado akan membuktikan bahwa
daerahnya bisa menjadi daerah industri “high tech” kelas dunia. Karena
walaupun orang Menado punya sifat-sifat “gituan”, tapi inteligensi
mereka tinggi, pendidikan mereka cukup bertaraf, mereka pasti punya
semangat dan kemampuan yang diperlukan. PS.
|
|
|
|
|
Juni 2011 © LSM Pendidikan Silo (NGO) & LSM Pemberdayaan Teknologi dan Perkotaan (NGO)
Penanggung Jawab : Mr. FJM
|
|
|
|
|
|